Kamis, 01 Desember 2022

MENGAPA KURIKULUM HARUS BERUBAH

Sebelumnya sebagai catatan : ini adalah pemahaman awal saya tentang Kurikulum Merdeka, banyak pendapat pribadi didalamnya.
mohon maaf apabila ada kesalahan, dan mohon masukan agar dapat dibetulkan jika salah.

Semua guru adalah penggerak pada jamannya.

Saya ambil contoh, pada tahun 1994 misal. Pada masa itu metode yang digunakan seorang guru dalam mengajar adalah yang paling efektif. Kenapa? ya karena keterbatasan sarpras, tingkat ekonomi, akses informasi, dan banyak lainnya, sangat mempengaruhi tantangan yang dihadapi para siswa pada masa itu.
Ini yang menjadikan satu-satunya akses pengetahuan dan keilmuan didapat hanya ketika siswa bertemu gurunya di sekolah. Maka metode apapun yang dipakai guru pada masa itu, ya itulah yang terbaik saat itu. Karena peran guru sebagai sumber belajar. 
Sebagai contoh, pada masa SD saya tidak akan pernah tahu jumlah menteri yang menjabat di Indonesia dan siapa saja namanya, jika tidak dari guru saya.
Coba sekarang, siapa nama-nama menteri yang sedang menjabat? tidak perlu bertanya pada guru kan?

Saya pernah bertanya kepada salah satu siswa : "apa pengertian seni?" kemudian siswa menjawab dengan bertanya balik : "bapak mau pengertian seni yang menurut siapa? karena saya pernah membaca ada 33 pengertian seni dari para ahli". Manarik bukan? ini tidak ditemui lho pada jaman terdahulu.
Jaman dulu, pengetahuan keilmuan siswa masih sangat terbatas. akses informasi hanya dari gurunya ketika bertemu disekolah.
Saat ini siswa sudah memiliki database pengetahuan yang lebih, karena ketidakterbatasan dan kemudahan akses informasi pada jaman ini.
Kondisi ini bisa sangat bermanfaat, namun juga bisa sangat berbahaya. Guru sudah bukan sumber belajar bagi mereka para siswa. Maka jika guru tidak bergerak akan otomatis tersingkir.

Tugas guru yang tidak bisa digantikan oleh apapun adalah sebagai pemandu (guiden), pembimbing, pengarah, mentor, dan fasilitator bagaimana siswa mengolah pengetahuan yang sudah dimiliki, agar bisa menjadi manfaat baik terhadap pribadinya, orangtua, masyarakat, dan lingkungannya. Karena jika salah, maka dampak negatifnya juga sangat luarbiasa merugikan semuanya.
Dengan database keilmuan yang sedemikian besar, guru sebagai pemandu membimbing siswa mulai dari bagaimana memilah dan mengkategorikan keilmuan yang dimiliki, kemudian menganalisis kondisi yang dihadapi, sampai dengan bagaimana menggunakan keilmuan tersebut sebagai solusi terbaik dan paling efektif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dikehidupannya.




Yang paling penting menurut saya adalah anak atau siswa dengan database keilmuan yang sedemikian besar, jika tidak disertai dengan pendampingan, maka tak bayangkan dampaknya untuk kedepan. Bagaimana pemanfaatan teknologi ke arah yang negatif adalah salah satu contoh kecil. Dampak kerusakan yang ditimbulkan tak terbendung.
Sudah banyak kasus disekitar kita, tanpa saya sebutkan pun kita sudah tahu itu.
Kita tidak bisa membendung akses informasi masuk kedalam database siswa. Pengetahuan yang positif maupun yang negatif, semua masuk ke siswa tanpa filter. Bahkan pengetahuan baikpun bisa berubah menjadi jahat ketika salah dalam penerapan. Sebaliknya pengetahuan buruk, bisa menjadi baik jika berada ditangan yang tepat dan berkarakter baik.
Inilah yang bisa kita lakukan adalah membangun KARAKTER. Bagaimana membimbing, memandu dan mengfasilitasi siswa supaya apa yang sudah dimiliki dapat digunakan untuk hal yang baik.
Jika siswa memiliki karakter baik, maka pengetahuan dan keilmuan apapun yang dimiliki akan bermanfaat baik.

Sebuah kurikulum hanya akan efektif pada masa tertentu. Tidak ada kurikulum yang selalu efektif dipakai sepanjang masa. Ini karena kembali lagi bahwa kebutuhan, kondisi, dan tantangan setiap jaman sudah pasti berbeda. Sesimpel itu...
Kurikulum dirancang untuk memenuhi kebutuhan. Jika pada sebuah jaman dengan kebutuhan yang berbeda tapi menggunakan kurikulum yang masih lama, maka tidak akan terpenuhi, dan kurikulum menjadi tidak efektif.
Didalam setiap kurikulum ada metode pembelajaran. Nah ketika metode jaman dulu kita pakai di jaman sekarang, maka kita sebagai guru akan ditinggalkan oleh siswa. Kenapa?

Kita pakai logika sederhana : Untuk dapat menulis di "kertas", saya menggunakan "pena". Tetapi kemudian ketika saya mau menulis di "papan whiteboard", apakah "pena" masih bisa saya pakai? jawabannya bisa, tetapi tidak efektif. Pena maupun papan whiteboard kemungkinan malah rusak. Saya butuh alat lain yang sesuai dengan kebutuhan saya menulis di papan whiteboard, maka saya memakai "spidol". Sederhana kan?

ditulis oleh : Baharfian Novrianto, S.Pd
(hanya seorang guru biasa, dan ini adalah pemahaman awal saya tentang Kurikulum Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar