Minggu, 18 Desember 2022

SIAP JADI PENEGAK LAKSANA, 15 PRAMUKA PURNA DEWAN AMBALAN 2021-2022 SMA NEGERI 1 GEBOG KUDUS MELAKSANAKAN GIAT PENGEMBARAAN

Kegiatan pengembaraan adalah berupa kegiatan yang dilaksanakan dengan cara berjalan kaki, dari suatu tempat menuju ke tempat lain yang telah ditetapkan dengan mengambil route jalan setapak perkampungan, dan mengatur kehidupan selama 3 hari. Sesuai yang tercantum di Syarat Kecakapan Umum (SKU) No. 13 Penegak Laksana, pengembaraan dilaksanakan dalam rangka uji tingkat dari penegak Bantara naik ke tingkat penegak Laksana.

Tujuan kegiatan pengembaraan. 1) memberikan pengetahuan, keterampilan praktis, dan pengalaman kepramukaan dalam mewujudkan syarat-syarat kecakapan pramuka penegak laksana. 2) meningkatkan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan. 3) menciptakan anak bangsa yang bermanfaat bagi diri pribadi, agama, dan negara. 5) menanamkan kedisiplinan dan bertanggung jawab. 6) memupuk rasa solidaritas pada sesama dan sarana bakti masyarakat.


Tahun ini sebanyak 15 siswa Purna Dewan Ambalan masa bakti 2021-2022 Pangkalan SMA Negeri 1 Gebog Kudus mengajukan diri untuk melaksanakan giat pengembaraan.

Seperti giat pengembaraan yang pernah dilaksanakan, tahun ini Pangkalan SMA Negeri 1 Gebog Kudus masih menggandeng dan bekerjasama dengan 2 Koramil setempat.

Hari pertama peserta berangkat dari Pangkalan SMAN 1 GEBOG KUDUS menuju POS-1 Koramil BAE Kudus. Di Koramil BAE inilah peserta istirahat dan bermalam.



Hari kedua peserta melanjutkan perjalanan dari Koramil BAE menuju POS-2 di Koramil KALIWUNGU Kudus. Malam kedua di Koramil Kaliwungu peserta kembali bermalam dan istirahat.



Hari ketiga peserta melanjutkan perjalanan dari Koramil Kaliwungu kembali ke pangkalan SMA Negeri 1 Gebog Kudus. 

Pada tahun ini, peserta menempuh total jarak kurang-lebih 21 km. Start dari pangkalan SMAN 1 Gebog Kudus pada hari Jumat menuju Koramil BAE  (kurang lebih 4,4 km), Start dari Koramil BAE menuju Koramil KALIWUNGU  (kurang lebih 8,5 km), Start dari Koramil KALIWUNGU kembali ke pangkalan SMAN 1 Gebog Kudus pada hari Minggu (kurang lebih 8,8 km).


Selama bermalam dan beristirahat di Koramil, peserta menerima berbagai materi seperti Kepemimpinan, Survival, PBB, Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan dari jajaran TNI




Selain menerima materi, peserta juga diharapkan dapat menerapkan keilmuannya untuk membantu masyarakat melalui pengabdian lingkungan. Seperti contoh ketika peserta memberi pertolongan saat menemui masyarakat yang membutuhkan bantuan di perjalanan.


Peserta juga mendapat materi serta support dan dukungan penuh dari pembina, pelatih bahkan alumni yang pernah melaksanakan uji tingkat penegak laksana sebelumnya.




Adapun uji materi yang akan tercapai oleh 15 peserta dalam kegiatan ini adalah : 

1). Lulus Uji SKU Penegak Laksana No. 13 tentang Pengembaraan selama 3 hari,

2). Lulus uji SKK Gerak Jalan dan berhak memakai TKK Gerak Jalan tingkat Purwa

3). Lulus uji SKK Berkemah dan berhak memakai TKK Berkemah tingkat Purwa

4). Lulus uji SKK Pengembaraan dan berhak memakai TKK Berkemah tingkat Purwa

5). Lulus uji SKK Juru Masak dan berhak memakai TKK Juru Masak tingkat Purwa

6). Peserta berhak memakai brevet penghargaan "Wing Tapak Merah", sesuai ketentuan pencapaian telah berhasil melaksanakan uji SKU Penegak Laksana poin 13 yaitu pengembaraan 3 hari dengan menempuh jalan kaki darat datar minimal 20 km. (baca di : https://baharfiann.blogspot.com/2022/11/aturan-dan-makna-brevet-atau-wing)





Semoga kegiatan pengembaraan ini semakin mempererat tali persaudaraan sesama anggota pramuka, meningkatkan kecintaan terhadap NKRI dan menjadi pengalamam yang bermanfaat bagi kehidupan mereka kelah dimasyarakat.

Kamis, 01 Desember 2022

MENGAPA KURIKULUM HARUS BERUBAH

Sebelumnya sebagai catatan : ini adalah pemahaman awal saya tentang Kurikulum Merdeka, banyak pendapat pribadi didalamnya.
mohon maaf apabila ada kesalahan, dan mohon masukan agar dapat dibetulkan jika salah.

Semua guru adalah penggerak pada jamannya.

Saya ambil contoh, pada tahun 1994 misal. Pada masa itu metode yang digunakan seorang guru dalam mengajar adalah yang paling efektif. Kenapa? ya karena keterbatasan sarpras, tingkat ekonomi, akses informasi, dan banyak lainnya, sangat mempengaruhi tantangan yang dihadapi para siswa pada masa itu.
Ini yang menjadikan satu-satunya akses pengetahuan dan keilmuan didapat hanya ketika siswa bertemu gurunya di sekolah. Maka metode apapun yang dipakai guru pada masa itu, ya itulah yang terbaik saat itu. Karena peran guru sebagai sumber belajar. 
Sebagai contoh, pada masa SD saya tidak akan pernah tahu jumlah menteri yang menjabat di Indonesia dan siapa saja namanya, jika tidak dari guru saya.
Coba sekarang, siapa nama-nama menteri yang sedang menjabat? tidak perlu bertanya pada guru kan?

Saya pernah bertanya kepada salah satu siswa : "apa pengertian seni?" kemudian siswa menjawab dengan bertanya balik : "bapak mau pengertian seni yang menurut siapa? karena saya pernah membaca ada 33 pengertian seni dari para ahli". Manarik bukan? ini tidak ditemui lho pada jaman terdahulu.
Jaman dulu, pengetahuan keilmuan siswa masih sangat terbatas. akses informasi hanya dari gurunya ketika bertemu disekolah.
Saat ini siswa sudah memiliki database pengetahuan yang lebih, karena ketidakterbatasan dan kemudahan akses informasi pada jaman ini.
Kondisi ini bisa sangat bermanfaat, namun juga bisa sangat berbahaya. Guru sudah bukan sumber belajar bagi mereka para siswa. Maka jika guru tidak bergerak akan otomatis tersingkir.

Tugas guru yang tidak bisa digantikan oleh apapun adalah sebagai pemandu (guiden), pembimbing, pengarah, mentor, dan fasilitator bagaimana siswa mengolah pengetahuan yang sudah dimiliki, agar bisa menjadi manfaat baik terhadap pribadinya, orangtua, masyarakat, dan lingkungannya. Karena jika salah, maka dampak negatifnya juga sangat luarbiasa merugikan semuanya.
Dengan database keilmuan yang sedemikian besar, guru sebagai pemandu membimbing siswa mulai dari bagaimana memilah dan mengkategorikan keilmuan yang dimiliki, kemudian menganalisis kondisi yang dihadapi, sampai dengan bagaimana menggunakan keilmuan tersebut sebagai solusi terbaik dan paling efektif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dikehidupannya.




Yang paling penting menurut saya adalah anak atau siswa dengan database keilmuan yang sedemikian besar, jika tidak disertai dengan pendampingan, maka tak bayangkan dampaknya untuk kedepan. Bagaimana pemanfaatan teknologi ke arah yang negatif adalah salah satu contoh kecil. Dampak kerusakan yang ditimbulkan tak terbendung.
Sudah banyak kasus disekitar kita, tanpa saya sebutkan pun kita sudah tahu itu.
Kita tidak bisa membendung akses informasi masuk kedalam database siswa. Pengetahuan yang positif maupun yang negatif, semua masuk ke siswa tanpa filter. Bahkan pengetahuan baikpun bisa berubah menjadi jahat ketika salah dalam penerapan. Sebaliknya pengetahuan buruk, bisa menjadi baik jika berada ditangan yang tepat dan berkarakter baik.
Inilah yang bisa kita lakukan adalah membangun KARAKTER. Bagaimana membimbing, memandu dan mengfasilitasi siswa supaya apa yang sudah dimiliki dapat digunakan untuk hal yang baik.
Jika siswa memiliki karakter baik, maka pengetahuan dan keilmuan apapun yang dimiliki akan bermanfaat baik.

Sebuah kurikulum hanya akan efektif pada masa tertentu. Tidak ada kurikulum yang selalu efektif dipakai sepanjang masa. Ini karena kembali lagi bahwa kebutuhan, kondisi, dan tantangan setiap jaman sudah pasti berbeda. Sesimpel itu...
Kurikulum dirancang untuk memenuhi kebutuhan. Jika pada sebuah jaman dengan kebutuhan yang berbeda tapi menggunakan kurikulum yang masih lama, maka tidak akan terpenuhi, dan kurikulum menjadi tidak efektif.
Didalam setiap kurikulum ada metode pembelajaran. Nah ketika metode jaman dulu kita pakai di jaman sekarang, maka kita sebagai guru akan ditinggalkan oleh siswa. Kenapa?

Kita pakai logika sederhana : Untuk dapat menulis di "kertas", saya menggunakan "pena". Tetapi kemudian ketika saya mau menulis di "papan whiteboard", apakah "pena" masih bisa saya pakai? jawabannya bisa, tetapi tidak efektif. Pena maupun papan whiteboard kemungkinan malah rusak. Saya butuh alat lain yang sesuai dengan kebutuhan saya menulis di papan whiteboard, maka saya memakai "spidol". Sederhana kan?

ditulis oleh : Baharfian Novrianto, S.Pd
(hanya seorang guru biasa, dan ini adalah pemahaman awal saya tentang Kurikulum Merdeka)